Semarang,
19 Desember 2014
Kawan, sore ini aku sedang duduk di gazebo ditemani rintik
hujan yang suaranya menggelitik. Hari ini, baru saja kita menyelesaikan
bagian kecil dari pengabdian kita. KKN, Kakak-Kakak Nakal katanya.
Empat puluh lima hari yang lalu, dipenuhi dengan perasaan
gundah dan bingung kita memulai semuanya. Sebuah Dusun kecil yang namanya aneh
di telinga, Gowok telah menjadi saksi bagaimana perjuangan kita. Hal yang tidak
disangka sebelumnya, ditempatkan oleh Pak Lurah di Dusun yang cukup terpencil.
Aku masih ingat dulu bagaimana kita memutar otak, berbagi pemikiran, banting
setir agenda-agenda untuk menjalankan program-program kerja kita. Dengan jumlah
personil yang hanya 14 manusia, rasanya kewalahan untuk menghandle semuanya. Individualisme
terkadang muncul, rasa egoispun tak kalah bergejolak di batin kita
masing-masing.
Iya, bisa disebut kita KKN nekat. Dana pas-pasan, program
kerja mengawang-awang. Tapi, semua itu rasanya tak jadi masalah karena memang
kita sama-sama belajar. Belajar bagaimana berada ditengah-tengah kehidupan
sosial yang sebenarnya, dengan berbagai keadaan dan kondisi yang terkadang sama
sekali diluar dugaan. Ingatkan bagaimana dulu beberapa acara yang kita adakan
sepi peserta, karena hujan tak mau beranjak meneteskan rintiknya. Tetapi, itu
tak jadi masalah juga. Kata Pak Lurah, tak ada acara yang gagal, suatu acara yang
didasari dengan niat baik insyaAllah bermanfaat, tak peduli berapapun peserta
yang datang.
Awalnya memang berasa biasa saja, tapi memang benar kata
orang, kesulitanlah yang menguatkan suatu pertemanan. Iya, kalau saja tidak ada
masalah dan kesulitan dalam perjalanan kita, pasti akan terasa biasa-biasa
saja. Kesulitan itulah yang membuat kita kompak, kesulitanlah yang membuat kita
berfikir, kesulitanlah yang membuat kita maju.
Bersama-sama kita belajar bagaimana menjadi lebih “gila”,
haha. Teringat dulu ada keramaian di tengah malam sampai beberapa tetangga yang
penasaran keluar rumah hanya karena ada dua orang yang ulang tahun. Teringat
ketika kita saling menggoda satu sama lain. Teringat kadang kita melarikan diri
dari yang namanya tidur di posko. Teringat pula ketika tiba-tiba dosen datang
dengan keadaan kita yang belum menyiapkan apapun. Terkadang tubuh dan pikiran
ini lelah, terkadang semangat hilang ditelan keputus asaan. Tetapi, saling
menguatkan memang menjadi kuncinya. Kita tidak bisa berjalan sendiri, kita Superteam bukan Superman. Itulah kata-kata yang sering muncul di rapat-rapat kita.
Akhirnya tiba juga waktu yang dinanti-nanti, penarikan KKN.
Baru tadi pagi kita hendak memulai untuk mengakhiri pengabdian ini, setelah
sorenya anak-anak menangis, beberapa dari kitapun menangis karena kita akan
segera meninggalkan Dusun Gowok, kembali ke kehidupan kita semula, menjadi
mahasiswa di kampus, bukan mahasiswa di tengah masyarakat. Rasa gelisah yang
mendera karena tamu undangan yang lain belum datang, padahal tamu utama sudah
tiba cukup lama. Alhamdulillah, dengan undangan seadanya kita mulai juga acara
penarikan KKN. Lantunan ayat suci Al-Qur’an dan tarian tradisional dari
anak-anak yang selama ini kita dampingi, membawa kebanggaan tersendiri bagi
kita. Selain itu, berbagai macam produk yang sudah kita siapkan, membuat kita
lega karena janji kepada Dosen sudah terealisasikan. Setelah beberapa saat,
tamu undangan yang lain mulai berdatangan, tidak terasa balai desapun dipenuhi
tamu undangan, tidak ada konsumsi yang tersisa. Hal itu adalah suatu berkah
tersendiri buat kita. Alhamdulillah seluruh rangkaian acara penarikan KKN terlampaui
dengan lancar, diakhiri dengan sesi foto bersama.
Tiba saatnya membereskan yang masih berserakan di posko
KKN, di kediaman mbah Ratemi. Setelah membereskan semuanya, kita pun
berpamitan. Berkeliling Dusun untuk mengucapkan terimakasih dan permintaan maaf.
Tidak terasa, empat puluh lima hari berasa begitu cepat. Langkah kaki terasa
berat karena rintik hujan menemani perjalanan kita ketika berpamitan tadi,
seakan memberi isyarat pada kita untuk tetap tinggal. Dan akhirnya, terimakasih
Dusun Gowok, terimakasih kawan-kawan, terimakasih anak-anak, Mbah sekeluarga, Pak
Lurah, Pak Kadus, Bapak/Ibu guru dan siswa-siswi SDN 3 Ngabean dan SDN 2 Ngabean,
Karang Taruna, Bu Titik, Pak Mus, Pak RW, Pak Dosen, Bapak/Ibu Perangkat Desa,
Ibu Shofiah sekeluarga yang tadi sudah mempersilahkan kami menikmati hidangan
ngunduh mantu putra putrinya, dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu
persatu. Terimakasih atas pembelajaran dan pengalaman yang begitu berharga,
terimakasih telah mengajarkan kami bagaimana caranya menjadi lebih dewasa.....Terimaksih
telah Kau pertemukan aku dengan pengalaman yang berharga ini J.
Semoga kita semua sukses dengan jalan kita masing-masing..Amiin..